Bab 19
Harper yakin Gerald orang jujur, walau kadang agak berlebihan.

Harper tahu bahwa tidak mungkin Gerald akan terus berbohong setelah para gadis itu berlalu. Tetapi mereka benar-benar sulit mempercayai apa kata-kata Gerald kali ini.

Masak iya Gerald mampu mengajak mereka semua pergi ke Wayfair Mountain Entertainment?

Mustahil banget, kan?

Gerald tersenyum mendengar pertanyaan Harper.

Harper akan segera mengetahui kebenarannya!

“Permisi, apakah Anda masih mau melanjutkan makan di sini?”

Seorang pramusaji cantik bertanya dengan sopan dan hati-hati.

Meski sudah mencoba bertutur kata sopan, tetap saja pramusaji itu tidak berhasil menyembunyikan sikap merendahkan di dalam hatinya.

Pramusaji itu dapat menerka siapa di antara mereka yang akan membayar tagihan.

Sejak tadi pramusaji itu memperhatikan yang terjadi dan dia melihat bagaimana Quinton dan Harold merenggut semua gadis cantik yang semula datang bersama mereka.

Beberapa orang pengunjung lain tak urung memandang Gerald, Harper dan teman-temanya sambil tertawa tertahan.

Mereka seolah sedang kerampokan pacar di hadapan publik.

Maka dari itu pramusaji cantik tadi menghampiri dan bertanya apakah mereka masih mau melanjutkan makan di situ.

“Tidak, tolong bungkuskan saja semuanya supaya bisa kami bawa ke Wayfair Mountain Entertainment dan nanti bisa kami makan di sana!”

Pramusaji itu memandang Gerald dengan tatapan menghina dan Gerald dapat merasakanya.

Gerald tidak tega membiarkan Harper melanjutkan makannya di tempat itu.

Tetapi Gerald juga merasa tidak enak untuk meninggalkan semua makanan yang sudah terlanjur dipesan begitu saja.

Pramusaji cantik itu dan pengunjung di sekitar mereka hampir saja meledak tertawa mendengar kata-kata Gerald.

“Apa kamu ini tolol?”

“Kamu pikir kamu itu siapa? Jadi kamu membungkus makanan dari restoran ini untuk makan malam di Wayfair Mountain Entertainment?”

“Apa dia tidak tahu di Wayfair Mountain Entertainment juga bisa order makanan? Hahaha…”

“Sepertinya mereka ingin menyelamatkan harga diri karena pacar mereka sudah pergi bersama dua orang parlente tadi. Hahaha. Sepertinya mahasiswa sekarang sudah kehilangan urat malunya. Mereka sudah tidak punya harga diri lagi.”

Orang-orang terus saja mengejek mereka.

Harper menundukkan kepalanya menahan rasa malu yang tak tertahankan.

Pramusaji itu menyapu mereka semua dengan matanya dan tatapanya berhenti pada Gerald, “Baiklah, boleh aku tahu siapa yang akan membayar semua tagihanya?”

“Aku, aku akan membayar semuanya,” Harper buru-buru menengahi.

Total harga makanan yang mereka pesan kurang lebih delapan ratus dolar.

Angka itu setara dengan 80% biaya hidup Harper untuk sebulan.

Gerald meraih plastik pembungkus yang dipegang pramusaji dan mulai mengemasi sendiri makanan di meja.

Meski semua pengunjung mengejek dan mengolok-ngolok mereka, namun Gerald tetap cuek.

“Sob. Sob.”

Perhatian mereka semua teralihkan dengan hadirnya tiga mobil mewah yang tiba-tiba.

Ketiga mobil mewah itu berhenti dan parkir tepat di depan restoran.

“Wow! Ada 3 Rolls-Royce Phantoms!”

“Gila? Mobil siapa, ya? Satu mobil aja harganya mencapai hampir satu setengah juta dolar!”

“OMG! Lihat tuh plat mobilnya!”

Plat nomor ketiga mobil mewah itu berakhiran 689. Untuk mengurus plat nomor khusus semacam itu biayanya sudah ratusan dolar sendiri!

Semua mata pengunjung restoran dan pramusaji tertuju pada mobil mewah yang tarparkir di depan.

Para pramusaji mengantisipasi jika pemilik mobil mewah itu hendak makan di restoran, mereka seolah ingin berlomba untuk memberikan layanan terbaik.

Para pramusaji merapikan baju mereka dan bergegas menuju pintu masuk.

Mereka harap-harap cemas menanti sang pemilik mobil turun dan makan disitu.

Tiga orang pria berbadan tegap turun dari mobil. Ketiganya mengenakan jas dan kacamata hitam serta alat komunikasi canggih serupa headset melingkari kepala mereka. Mereka terlihat seperti layaknya bodyguard yang digambarkan di film-film holywood.

Susana mendadak berubah hening.

“Tuan, ada yang bisa saya…”

Pramusaji cantik itu segera menyapa mereka.

Ketiga pria itu tidak memedulikan sapaan pramusaji dan langsung menemui Gerald yang sedang sibuk membungkus makanan.

“Tuan Crawford!”

Tiga orang bodyguard tersebut menyapa Gerald seraya membungkuk hormat.

“Apa? Tuan Crawford?”

“Kenapa bodyguard itu memanggil si pria bodoh itu Tuan Crawford?”

Semua orang terkejut dibuatnya.

Tidak terkecuali Harper dan teman-temanya.

Apa yang sedang terjadi?

Benarkah Gerald sekeren itu?

Gerald telah selesai membungkus semua makanan.

“Bro, ayo semua ke mobil dan kita menuju vila sekarang.”

“Tuan Crawford, izinkan kami untuk membawa makananya.”

Bodyguard mengambil alih bungkusan makanan dari tangan Gerald.

Harper dan teman-temanya mengikuti Gerald keluar dari restoran, mereka merasa seperti sedang bermimpi.

“Tuan Crawford, selamat jalan…”

Wajah pramusaji cantik itu pun pucat pasi ketika dia menyapa Gerald penuh hormat kali ini, Gerald hanya mengangguk.

Gerald merasa risih, dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian orang.

Mereka segera masuk ke dalam mobil dan meluncur menuju Vila dimaksud.

Harper sangat penasaran dan menuntut penjelasan Gerald.

“Gerald, sebenarnya….apa yang sedang terjadi?”

Gerald belum ingin menceritakan semuanya sekarang. Seraya tersenyum, Gerald berkata,” Saudaraku Harper, aku akan menceritakan semuanya kepadamu nanti. Kita ini sudah seperti saudara, jadi apapun yang terjadi padamu otomatis menjadi urusanku. Aku akan memastikan bahwa kamu tidak akan kehilangan muka hari ini!”

Harper mengangguk dan berhenti bertanya.

Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di Vila.

Para bodyguard hendak menjalankan tugas untuk mengajak teman-teman Gerald berkeliling dan memastikan mereka semua bisa menikmati suasana dan makanan di Wayfair Mountain Entertainment.

Gerald menyadari bahwa teman-temannya kurang bisa menikmati suasana dengan kehadiran tiga orang bodyguard di sekeliling mereka.

Gerald juga merasakan hal yang sama.

Maka ketika sampai di pintu masuk, Gerald meminta para bodyguard untuk menurunkan mereka dan mempersilakan mereka untuk beristirahat, bebas tugas untuk sementara waktu.

“Gila! Gerald, kamu hebat sekali! Sulit dipercaya bahwa kita benar-benar bisa masuk ke dalam vila hari ini!”

Benjamin sangat bahagia dapat melangkahkan kakinya masuk ke dalam Vila.

“Tenang saja, aku kenal dengan bos tempat ini! Jadi, apa yang ingin kalian lakukan sekarang? Kalian bilang aja gak usah malu-malu!”

Gerald berkata seraya tersenyum.

“Ahh! Gerald, apakah boss yang kamu maksud itu orang yang sama dengan yang memberimu shopper’s card waktu lalu?”

“Gimana ya, bisa dibilang ada hubunganya lah…”

Gerald tidak sedang berbohong karena kartu itu diberikan oleh Jessica, saudara perempuanya dan dia juga yang mengenalkan dia dengan Zack.

Harper mengangguk paham.

Mereka sibuk memikirkan yang ingin mereka lakukan di tempat itu sekarang.

Vila itu sangat luas, keseluruhan bangunannya menutup sebagian pemandangan gunung di kejauhan. Meski pemandangan di luar Vila sangat indah, tapi tidak ada hal menarik yang bisa dilakukan diluar sana.

Sumber air panas dan area seputar tempat makan adalah pusat dari hiburan yang ditawarkan di villa itu.

Karena Gerald sudah cukup familiar dengan tempat itu, maka dia berujar, “Baiklah, ayo kita masuk, makan dan menikmati air panas di dalam.”

“Emm, Gerald. Aku baca di internet bahwa kita mesti bayar kalau mau masuk dan menikmati air panas di dalam, benar kan?” Benjamin bertanya penasaran

Benjamin sudah merasa senang bahkan jika mereka tidak bisa masuk ke dalam vila.

Andai bisa masuk, maka itu seperti bonus.

“Jangan khawatir soal itu!”

Gerald tersenyum. Vila ini milik saudara perempuannya, Jessica, jadi biar bagaimana pun Gerald ikut memiliki tempat itu.

Sekarang semua sudah merasa sedikit rileks.

Mereka melintasi jembatan antik yang menghubungkan antara bagian luar dengan bagian dalam villa.

Gerald dan teman-temanya bertemu Alice dan teman-temannya tepat ketika mereka melangkahkan kaki masuk ke dalam villa.

Para gadis itu sedang asyik berswafoto.

“Hei, lihat! Itu Gerald dan teman-temannya! Kok, bisa mereka masuk ke tempat ini, gimana caranya?” Jacelyn sedikit berteriak karena terkejut melihat Gerald dan teman-temanya berjalan memasuki Vila.

Alice sedang asyik mengobrol dengan Quinton. Alice terkesiap mendengar kata-kata Jacelyn. Dia mengernyitkan kening, memutar tubuhnya dan melihat Gerald dan teman-temanya.

“Aku yakin banget itu mereka.”

“Bagaimana caranya mereka bisa masuk ke tempat ini?”
Capítulos gratis disponibles en la App >

Capítulos relacionados

Último capítulo